Ancaman Favorit Orangtua



Seorang balita masih ingin bermain, bapaknya sudah tak sabar, kemudian berkata, "Bapak tinggal nih ya ... " Kemudian bapaknya berjalan perlahan. Si balita melirik lalu melanjutkan bermain. Bapaknya masih berjalan sambil sesekali menengok ke belakang, dan berkata lagi dengan suara lebih keras, "Bener lho, Bapak tinggal nih ... " Anak tetap tak bergeming. Bapaknya kemudian bersembunyi di balik tembok. Sang anak tetap bermain. Sesekali ia melirik mencari-cari bapaknya. Tak ada wajah cemas dan ketakutan di wajahnya. 2 menit, 3 menit sampai 5 menit berlalu. Akhirnya bapaknya menyerah. "Ayo kita pulang, sudah siang" Dan kemudian menggendong anaknya yang masih tersenyum-senyum.

Jadi mikir, apakah mengancam meninggalkan anak di tempat umum adalah ancaman favorit para orangtua supaya anak menurut? Saya sudah berkali-kali melihatnya. Dan lebih sering kurang efektif dan berdampak negatif. Buat anak yang akhirnya tahu bahwa orangtua pasti tidak akan pernah meninggalkan anaknya di tempat umum (kecuali orangtua yang tidak bertanggung jawab dan memang niat banget) maka anak tak akan pernah percaya dengan ancaman tersebut. Jadi ia tak akan peduli dengan ancaman itu, sama seperti yang ditunjukkan oleh anak di atas.
Dan buat anak yang kuatir bahwa orangtuanya akan benar-benar meninggalkannya, maka ekskalasi kecemasannya akan meningkat luar biasa. Menimbulkan kebergantungan, kebiasaan merengek dan tak berani untuk berinisiatif melakukan aktivitas sendiri. Biasanya anak-anak seperti ini memang terbiasa ditinggalkan orangtuanya diam-diam. Misalnya, saat anak tidur atau saat bermain, tiba-tiba orangtuanya pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Sudah jelas, bahwa apa pun yang dilakukan orangtua adalah contoh bagi anak. Jadi jangan heran, jika satu hari anak pun akan mengancam, "Aku gak mau makan kalau gak boleh main games ... "
"Kalau aku dipaksa sekolah di situ, aku kabur aja ..." dan lebih jauh
"Kalau aku gak boleh pacaran sama dia, lebih baik aku mati ... "

  • Tinggalkan ancaman yang sudah jelas tak akan dilakukan.
  • Berikan peringatan yang logis dan realistis sebelumnya.
  • elaskan reasoning atau alasan setiap peringatan.
  • Jelaskan konsekuensinya.
  • Lakukan dengan tegas, konsisten dan konsekuen, sekalipun anak emosi.
  • Handle emosinya dengan memberikan anak kesempatan mengungkapkan perasaannya. Bukan dengan memberikan apa yang ia minta.
  • Keteraturan akan membuat anak paham mengenai hubungan antara perbuatan dan akibatnya.
Load disqus comments

0 comments